Profil Desa Pasinggangan

Ketahui informasi secara rinci Desa Pasinggangan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Pasinggangan

Tentang Kami

Profil Desa Pasinggangan, Banyumas: Pusat wisata religi Makam Syekh Makdum Wali. Jelajahi potensi ekonomi, sentra batik tulis, pertanian subur, dan dinamika kehidupan masyarakat di tepi Sungai Serayu yang bersejarah.

  • Pusat Wisata Religi Utama

    Identitas desa sangat lekat dengan keberadaan Makam Syekh Makdum Wali, yang menjadi magnet peziarah dari berbagai daerah dan pusat kegiatan keagamaan tahunan.

  • Ekonomi Multisektor yang Dinamis

    Perekonomian tidak hanya ditopang oleh pertanian di lahan subur, tetapi juga oleh industri batik tulis yang khas serta efek ganda ekonomi dari kegiatan wisata religi.

  • Tantangan Hidrologis dan Mitigasi Bencana

    Lokasinya yang berada tepat di tepi Sungai Serayu memberikan kesuburan sekaligus risiko bencana banjir yang menjadi tantangan berkelanjutan bagi masyarakat dan pemerintah desa.

Pasang Disini

Desa Pasinggangan, yang terletak di jantung Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, bukanlah sekadar sebuah unit administrasi pedesaan biasa. Wilayah ini merupakan sebuah pusat spiritual dan sejarah yang denyutnya dirasakan hingga jauh ke luar batas kabupaten. Dikenal luas sebagai lokasi Pasarean (Makam) Syekh Makdum Wali, Pasinggangan memadukan identitasnya sebagai destinasi wisata religi penting dengan geliat ekonomi kreatif berbasis tradisi dan potensi agraris yang subur berkat lokasinya di tepi Sungai Serayu.

Setiap tahunnya, ribuan peziarah mengunjungi desa ini, menciptakan dinamika sosial dan ekonomi yang unik. Namun di balik keramaian spiritual tersebut, terdapat kehidupan masyarakat yang tangguh, yang mengelola potensi industri batik tulis, bercocok tanam di lahan subur, sekaligus hidup berdampingan dengan tantangan alam. Profil ini mengupas secara mendalam berbagai lapisan yang membentuk Desa Pasinggangan, dari jejak sejarahnya yang agung, struktur pemerintahannya, hingga potensi dan tantangan yang dihadapinya kini dan di masa depan.

Letak Geografis dan Demografi

Secara geografis, Desa Pasinggangan berada pada posisi yang sangat strategis di Kecamatan Banyumas. Wilayahnya berupa dataran rendah yang membentang tepat di sisi selatan aliran Sungai Serayu, sungai terbesar dan terpenting di wilayah ini. Batas-batas wilayahnya meliputi:

  • Sebelah Utara: Desa Kedunguter dan Desa Sudagaran (dibatasi oleh Sungai Serayu)
  • Sebelah Timur: Desa Sudagaran
  • Sebelah Selatan: Desa Kejawar
  • Sebelah Barat: Desa Papringan

Berdasarkan data dari publikasi "Kecamatan Banyumas dalam Angka 2023" oleh Badan Pusat Statistik (BPS), luas wilayah Desa Pasinggangan ialah 1,60 km². Wilayah ini terbagi ke dalam 2 Rukun Warga (RW) dan 11 Rukun Tetangga (RT), yang menjadi unit terkecil dalam pelayanan masyarakat.

Dari sisi kependudukan, data BPS pada tahun 2022 mencatat jumlah penduduk Desa Pasinggangan sebanyak 3.197 jiwa. Dengan luas wilayah 1,60 km², maka kepadatan penduduknya mencapai sekitar 1.998 jiwa per km². Angka ini menunjukkan tingkat kepadatan yang cukup tinggi untuk ukuran desa, menandakan area pemukiman yang padat dan terkonsentrasi, terutama di area yang lebih jauh dari bantaran sungai.

Topografi dataran rendah yang subur menjadikan lahan di Pasinggangan sangat cocok untuk kegiatan pertanian. Namun, lokasinya yang berhimpitan langsung dengan Sungai Serayu juga membawa konsekuensi hidrologis yang signifikan, terutama terkait potensi bencana banjir saat musim penghujan.

Jejak Sejarah dan Pusat Wisata Religi Makam Syekh Makdum Wali

Kekuatan utama dan daya tarik Desa Pasinggangan tidak dapat disangkal terletak pada warisan sejarah dan spiritualnya. Desa ini merupakan rumah bagi Pasarean Syekh Makdum Wali, seorang tokoh ulama besar yang diyakini sebagai salah satu penyebar agama Islam di wilayah Banyumas pada masa-masa awal. Kompleks pemakaman ini menjadi situs keramat yang tidak pernah sepi dari peziarah.

Menurut berbagai sumber sejarah lokal dan catatan dari pengelola makam, Syekh Makdum Wali memiliki kaitan erat dengan sejarah Kadipaten Banyumas dan bahkan Kesultanan Demak. Keberadaannya di Pasinggangan menjadikan desa ini sebagai salah satu titik simpul dalam jaringan penyebaran Islam di tanah Jawa.

Daya tarik spiritual ini mencapai puncaknya pada momen-momen tertentu, seperti:

  • Haul Syekh Makdum Wali
    Acara tahunan untuk memperingati wafatnya sang ulama, yang diisi dengan serangkaian kegiatan keagamaan seperti tahlil akbar, pengajian dan doa bersama. Acara ini mampu menarik puluhan ribu pengunjung dari berbagai daerah.
  • Tradisi Rebo Wekasan atau Safaran
    Pada bulan Safar dalam kalender Hijriah, terutama pada hari Rabu terakhir, volume peziarah meningkat drastis. Banyak yang datang untuk berdoa dan mencari berkah.

Keberadaan makam ini bukan hanya menjadi aset spiritual, tetapi juga memberikan identitas yang kuat bagi Desa Pasinggangan. Seperti yang sering dikutip dari para juru kunci atau tokoh masyarakat setempat, "Pasinggangan hidup dari berkah Syekh Makdum Wali." Pernyataan ini mencerminkan betapa dalamnya pengaruh situs tersebut terhadap seluruh aspek kehidupan desa.

Struktur Pemerintahan dan Pembangunan Desa

Pemerintahan Desa Pasinggangan dijalankan oleh Kepala Desa beserta jajaran perangkatnya, yang berkantor di Balai Desa Pasinggangan. Mereka bertanggung jawab atas administrasi kependudukan, perencanaan pembangunan, dan pelayanan publik. Sinergi dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menjadi kunci untuk memastikan program pembangunan berjalan sesuai dengan aspirasi masyarakat.

Fokus pembangunan desa umumnya diarahkan pada dua hal utama: peningkatan infrastruktur dasar dan pemberdayaan masyarakat. Beberapa program yang kerap menjadi prioritas antara lain:

  • Pemeliharaan Infrastruktur
    Perbaikan jalan desa, drainase, dan fasilitas umum untuk menunjang kenyamanan warga dan peziarah.
  • Mitigasi Bencana
    Mengingat risiko banjir, program seperti penguatan tanggul sungai, normalisasi saluran air, dan sosialisasi kesiapsiagaan bencana menjadi sangat vital.
  • Pemberdayaan Ekonomi
    Memberikan dukungan bagi kelompok UMKM, terutama para perajin batik dan pedagang di sekitar area wisata religi.

Pemerintah desa juga berperan aktif dalam mengelola dampak dari kegiatan wisata religi, seperti pengaturan parkir, pengelolaan sampah, dan menjaga ketertiban umum, bekerja sama dengan lembaga desa lainnya seperti Karang Taruna dan Linmas.

Denyut Ekonomi: Dari Agraris hingga Efek Ganda Wisata Religi

Perekonomian Desa Pasinggangan merupakan perpaduan menarik antara sektor tradisional dan ekonomi yang digerakkan oleh faktor eksternal (wisata).

1. Sektor Pertanian Berkat tanah aluvial yang subur dari endapan Sungai Serayu, sektor pertanian menjadi penopang hidup bagi sebagian warga. Lahan-lahan di desa ini dimanfaatkan untuk menanam padi serta berbagai jenis palawija dan sayuran. Hasil panen tidak hanya untuk konsumsi lokal tetapi juga dijual ke pasar-pasar terdekat di Banyumas.

2. Industri Batik Tulis Khas Pasinggangan Selain wisata religi, Pasinggangan juga dikenal sebagai salah satu sentra batik tulis di Kabupaten Banyumas. Batik Pasinggangan memiliki motif yang khas, sering kali terinspirasi dari flora, fauna, dan elemen budaya lokal. Beberapa perajin batik masih mempertahankan teknik tradisional dalam setiap prosesnya, mulai dari menggambar pola, mencanting, hingga pewarnaan. Industri ini, meskipun berskala rumahan, memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai produk unggulan desa. Kelompok-kelompok perajin batik menjadi wadah untuk regenerasi dan inovasi motif agar tetap relevan dengan selera pasar.

3. Ekonomi Berbasis Wisata Religi Ini merupakan motor penggerak ekonomi yang paling terlihat. Kehadiran ribuan peziarah menciptakan efek ganda (multiplier effect) yang signifikan. Berbagai peluang usaha muncul untuk melayani kebutuhan para pengunjung, antara lain:

  • Perdagangan
    Puluhan warung dan kios di sekitar kompleks makam menjual aneka makanan, minuman, oleh-oleh khas Banyumas (seperti getuk dan mendoan), serta perlengkapan ibadah seperti tasbih dan buku doa.
  • Jasa
    Munculnya jasa parkir kendaraan, jasa penitipan barang, dan transportasi lokal memberikan pemasukan tambahan bagi warga.
  • Akomodasi
    Meskipun belum banyak, beberapa warga mulai menyediakan homestay sederhana bagi peziarah yang ingin menginap.

Sirkulasi uang yang terjadi selama puncak musim ziarah sangat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat desa secara luas.

Tantangan Lingkungan: Hidup Berdampingan dengan Sungai Serayu

Kehidupan di tepi sungai besar seperti Serayu selalu memiliki dua sisi mata uang. Di satu sisi, sungai memberikan kesuburan dan sumber air. Di sisi lain, ia menyimpan potensi bahaya yang nyata. Desa Pasinggangan secara historis merupakan salah satu wilayah yang rentan terhadap bencana banjir luapan Sungai Serayu.

Beberapa kali dalam beberapa dekade terakhir, desa ini terdampak banjir yang merendam area persawahan dan pemukiman di dataran yang lebih rendah. Berbagai upaya mitigasi telah dilakukan oleh pemerintah pusat, daerah, dan desa, seperti:

  • Pembangunan Tanggul
    Pembangunan dan penguatan tanggul di sepanjang bibir sungai menjadi garda pertahanan utama untuk menahan luapan air.
  • Sistem Peringatan Dini
    Bekerja sama dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), masyarakat diedukasi untuk mengenali tanda-tanda kenaikan debit air.
  • Program Normalisasi Sungai
    Pengerukan sedimen sungai untuk memperdalam alirannya.

Meskipun demikian, tantangan ini bersifat berkelanjutan dan memerlukan kewaspadaan serta kesiapsiagaan konstan dari seluruh elemen masyarakat. Edukasi untuk tidak membuang sampah ke sungai dan menjaga kelestarian ekosistem bantaran menjadi kunci mitigasi jangka panjang.

Kehidupan Sosial, Budaya, dan Pendidikan

Kehidupan sosial di Pasinggangan sangat diwarnai oleh nuansa religius yang kental. Kegiatan pengajian, tahlilan, dan majelis taklim menjadi agenda rutin yang mempererat tali silaturahmi antarwarga. Organisasi kemasyarakatan seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah memiliki basis massa yang kuat dan turut aktif dalam kegiatan sosial keagamaan.

Di luar itu, lembaga seperti PKK dan Karang Taruna juga aktif dalam perannya masing-masing untuk memberdayakan perempuan dan pemuda. Fasilitas pendidikan dasar seperti Sekolah Dasar Negeri dan lembaga PAUD tersedia di desa untuk memastikan akses pendidikan bagi generasi muda.

Harmoni Spiritual, Ekonomi, dan Alam

Desa Pasinggangan merupakan sebuah ekosistem yang kompleks di mana spiritualitas, sejarah, ekonomi, dan kondisi alam saling berkelindan. Identitasnya sebagai pusat wisata religi Syekh Makdum Wali menjadi anugerah yang tidak hanya mengangkat nama desa tetapi juga menjadi lokomotif perekonomiannya. Di saat yang sama, potensi batik tulis dan sektor agraris menjadi pilar penyangga yang tidak kalah penting.

Arah pembangunan Desa Pasinggangan ke depan terletak pada kemampuannya untuk menciptakan harmoni. Tantangannya ialah bagaimana mengelola pariwisata religi agar lebih tertata dan memberikan manfaat yang lebih merata, tanpa menggerus nilai-nilai kesakralan. Selain itu, inovasi dalam pemasaran digital untuk produk batik dan peningkatan ketahanan masyarakat terhadap risiko bencana banjir merupakan agenda krusial.

Dengan modal sosial yang kuat dan warisan sejarah yang agung, Desa Pasinggangan memiliki semua bekal untuk terus tumbuh sebagai desa yang berdaya, berbudaya, dan sejahtera, sambil terus menjaga amanah sebagai penjaga salah satu situs spiritual terpenting di tanah Banyumas.